Perkembangan Ilmu pengetahuan di Dunia Islam
Pengetahuan akal dan intelektual merupakan
suatu dorongan intrinstik dan inheren dalam ajaran islam. Pada masa
daulah Abbasiyah, ibu kota Baghdad menjdo pusat intelektual muslim,
dimana terjadi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam.
Sekolah-sekolah dan akademik muncul disetiap pelosok.
Perpustakaan-perpustakaan umum yang besar didirikan dan terbuka untuk
siapapun sehingga pemikiran filosofis-filosofis besar zaman klasik
dipelajari berdampingan dengan ilmu islam.
Bila dianalisis lebih jauh sampai periode-periode ini kaum intelektual
islam identik denan ulama. Apalagi bila diingat bahwa ulama dalam
pengertian aslinya aorang berilmu. Ilmu yang dikuasainya itu tidak
terbatas kepada ilmu agama saja. Pendapat ini bisa dipegang karena
kagiatan intektual itu tumbuh karena manusia sibuk dengan urusan agama.
Mereka ini disebut intelektual atau ulama klasik yang oleh shill sebagai
intelektual lama atau intelektual sakral dari abad pertengahan.
Demikianlah sejarah perkembangan intelektual muslim pada masa yang
disebut Harun Nasution sebagai periode klasik (650-1250) yang merupakan
zaman kemajuan di masa inilah berkembangnya dan munculnya ilmu
pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non agama dan kebudayaan
islam. Zaman inilah yang menghasilkan ulama besar seperti Imam Malik,
Abu Hanafi, Imam as-Syafi’i dan Imam Ibnu Hambal dalam bidang hukum,
teologi, Zunnunal-Misri, Abu Yzaud al-Butami, dan Al-Hallaj dalam
mistimisme atau tasawuf, al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu
Maskawaih dalam filsafat, Ibnu Hasyim, Ibnu Khawarizmi, al-Mas’udi dan
Rzai dalambidang pengetaahuan.
Pada masa kejayaan ini perkembangan intelektual muslim mencapai
puncaknya sehingga cenderung memmbentuk pemikiran bebas (rasionalisme)
sebagaimana dikembangkan oleh aliran Mu’tazilah. Keadaan ini menimbulkan
pertentangan dan kecemasan dikalangan sebagian kaum intelektual muslim.
Ketika itu muncul al-Ghazali (1059-1111) menentang pemikiran bebas itu.
Al-Ghazali lebih lanjut mengembangkan ,istisisme dan tasawuf. Menurut
Hitti mistisisme muslim mewakili suatu reaksi intelektualisme serta
formalisme yang berkembang waktu itu.
Sampai sekarang diakui bahwa periode sejarah peradaban islam serta
pendidikan yang paling cemerlang terjadi pada masa pemerintahan Daulah
Abbasiyah di Baghdad (750-1285 M) dan Daulah Umayyah di Spanyol
(711-1492 M). Pada masa periode ini segala potensi yang tergantung dalam
kebudayaan yang didasari nilai-nilai Islam mulai bergerak secara
perlahan namun strategis. Selain terjadi kemajuan di bidang
sosioekonomik terjadi kemajuan dibidang intelektual. Kemajuan
intelektual tersebut ditunjang oleh kemajuan pendidikan baik institusi,
intfsartruktur maupun kemajuan sains dan obyek-obyek studinya.
Khlalifah al-Maknun menunjukkan perhatiannya besar pada pendidikan dan
kesusteraan. Dikumpulkan kiatab-kitab yang ada didaerah-daerah
kekuasaannya seperti; Syria, Afrika, dan Mesir menggantikan apajak-pajak
saja. Selalu kelihatan unta-unta memasuki kota Baghdad mambawa kertas
dan kitab-kitab saja. Kitab-kitab lama diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Istana al-Maknun tanpa seakan-akan tmpat pertemuan ilmu dan
sastra, bukan pusat pemerintahan dan bukan khalifah. Sebab mereka
terdiri dari guru-guru pengkritik-pengkritik, penerjemah-penerjemah dan
komentar-komentar.
Masa Daulah Abbasiyah adalah zaman meranumnya ilmu pengetahuan dalam
dunia islam. Tamaddu islam dalam zaman ini ditandai oleh berkembangnya
ilmu pengetahuan dengan sangat pesat. Dizaman ini umat islam telah
membuat jalan baru bagi kehidupan ilmunya. Ini adalah hasil logis dari
zamannya sendiri yang telah mengalami perubahan. Sejarah perkembangan
pikiran dari berbagai bangsa melalui jalan yang sama dalam evolusi
kemajuannya yang bertingkat-tingkat yang tiap-tiap tingkatan itu
merupakan mata rantai yang bersambung. Peningkatan alam pikiran sejalan
dengan bertambahnya kelengkapan waktu dan sebab. Karena pertumbuhan
kehidupan akal dan ilmu bukanlah khayal atau mimpi yang datang dengan
tiba-tiba yang tidak terikat dengan kanun dan sunnah.
Dizaman ini banyak sekali buku-buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan
kedalam bahasa arab darui berbagai bahasa asing, disamping buku-buku
asli yang dikarang dalam berbagai bidang ilmu.
Bagdad menjadi cemerlang bukan sebagai ibu kota kahlifah Abbasiyah
tetapi sebagai pusat kebudayaan, seni, dan sastra yang belum pernah
disaksikan oleh umat manusia serupa itu. Kota Bagdad membawa sulhu ilmu
dan pengetahuan keseluruh plosok Asia, di Hindustan di bawah kekuasaan
Ghaznawi pada permulaan abad ke 11 di tangan Umar Khayyam, dibawah kaum
mongol setelah pertengahan abad ke 13 ditangan Nasiruddin Al-Tusi
dinegara-negara Cina kira-kira akhir abad ke 13 ditangan Kuchu King.
Dibawah dinasti Utsmaniyyah pada paruhan pertama abad ke 14.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya dizaman khalifah Harun
al-Rasyid (786-833) dan putranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang
banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Pada masa
sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter, al-Ma’mun
pengganti al-Rasyid dikenal sebagi khalifah yang sangat cinta kepada
ilmu. Pada masa pemerintahannya penerjemah buku-buku asing digalakan.
Untuk menterjemahkan baku-buku asing Yunani, ia menggaji
penerjemah-penerjemah dari adari golongan kristen dan penganut agama
lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah salah satu karya
besarnya ayang terpenting adalah pembangunan Baitul Hikmah. Pusat
penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakan
yang besar. Pada masa al-Ma’mun inilah bagdad mulai menjadi pusatt
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam di Dunia
a) Di Eropa
Pada abad pertengahan umat islam sanagt bergairah dalam menuntut dan
mengembangkan ilmu dipelopori oleh Dibasti Abbasiyah yang berkuasa pada
tahun 750 M. Pada abad pertengahan itu terdapat tempat pusat peradaban
bagdad dan dimesir didunia islam abagian timur serta sicilla dan
Andalusia (Spanyol Islam) di dunia islam bagian barat. Bagdad berperan
dari 750-1492 M (dikuasai kembali oleh kristen)
Pengaruh peradaban islam ke Eropa berlangsung pada abad ke 12 M dimulai
dengan banykanya pemuda kristen Eropa yang belajar diberbagai
universitas islam di Andalusia serta adanya gerakan penterjemah di
Sicillia dan perang salib di Syria. Empirisme keilmuan islam mendorong
ilmu Eropa untuk meneliti alam, menaklukan lautan dan menjelajah benua.
Empirisme itu memberikan sumbangsihnya terhadap renaissanceeropa yang
dimulai dari Italia pada abad ke 13 M.
b) Di Afrika Utara
Orang romawi berusaha menyingkirkan kebudayaan latinnya dinegeri-negeri
Afrika Utara. Dipindahkan sekolah-sekolah dan sistem-sistem
pendidikannya sebagaimana sastra dan seni yunani menjadi cemerlang di
Roma didapatinya pusat-pusat yang subur di Afrika utara sepanjang 2 abad
perama semenjak Romawi menguasai Afrika.
Disamping sekolah-sekolah dan pusat-pusat kebudayaan romawi terhadap
perpustakaan dimana diadakan ceramah dan seminar begitu juga panggung
sandiwara adan stadium-stadium yang memenuhi desa dan kota afrika dan
berusaha menyingkirkan kebudayaan Romawi.
c) Di Andalusia
Orang-orang arab menyebut nama Andalusia untuk semua plosok Spanyol yang
tunduk dibawah kaum muslimin dan nama arab itu berasal dari nama
puak-puak yang berasal dari Spanyol berada dibawah kekuasaan romawi
sehingga ia diserang oleh puak-puak Wandal pada abad ke 5 H. Semenjak
itulah negeri ini dinamakan negeri Wandalusia atau negeri Wandal orang
arab menamainya negeri Wandal.
Dari Andalusia orang-orang arab mendirikan skolah-sekolah,
masjid-masjid, hotel-hotel, rumah sakit, disegala tempat. Disamping itu
mereka membuka jalan dan jembatan.
C. Ciri-ciri Umum Pendidikan Islam dan ilmu-ilmu yang berkembang pada masa keemasan, di antaranya;
a) Masuknya ilmu akal
Yang dimaksud dengan ilmu akal adalah ilmu filsafat, matematika,
geomertik, aljabar, sejarah, dan geografi. Kemudian islam mencapai
puncak kegemilangnya pada waktu ia membuka diri kepada budaya-budaya
lain. Khalifah al-Mansyurlah yang memulai gerakan terjemahan dan
mengkaji ilmu-ilmu dari budaya-budaya lain, kemudian diikuti oleh
khalifah al-Nahdi, al-Rasyid dan al-Makmun.
b) Timbulnya sekolah-sekolah
Pada periode ini menyaksikan munculnya sekolah-sekolah yang belum
terkenal sebelum itu. Nizam al-Mulklah yang pertama mendirikan
sekolah-sekolah didalam islam. Pembinaan sekolah-sekolah ini
mencerminkan puncaknya pendidikan persoalan islam.
c) Munculnya Pikiran-Pikiran Pendidikan Unik.
Diantara ciri-ciri terpenting yang memberikan keunikan pendidikan islam
sepanjang periode ini adalah terlibatnya ulama-ulama Islam menulis
tentang judul pendidikan dan mengajarkan secara meluas dan dalam
menunjukkan keprihatinan khusus dalam ini. Tokoh yang pertama-tama
menyusun khusus mengenai teori pendidikan ini adalah seperti Muhammad
Ibnu Suhnu (w. 430H/870M) dalam berisalahnya berjudul adab al-Muallimin
etika para guru, Abu al-Hasan Ibn Muhammad al-Qasabi (w. 403H/1012M)
dengan risalahnya yang ditulisnya berjudul ar-Risalah al-Mufassah li
ahwal aal-Mua’llimin wa ahkam al-Mua’alaimin (kajian rinci mengenai
ahwal murid dan kaidah-kaidah tentang murid dan guru) dan Burhan
al-Islam az-Zarnuji (sekitar 620H/1217M) dalam risalahnya yang berjudul
Ta’lim al-Muta’allimin Tariq at-Ta’allum (mengajar murid cara belajar).
Selain itu sebagai teori pendidikan ditulis pula oleh beberapa tokohpada
masa itu dalam buku mereka sebagai bagian dari bab-bab dan pasalnya.
d) Masuknya ilmu sains
Perkembangan sains yang luar biasa yang dicapai para ilmuwan biologi,
embriologi, genetika, biologi sel, biografi kedokteran, reaksi genetika,
dan terakhir klonning hewan sebagai rintisan klonning manusia telah
melampaui seluruh ramalan masa depan manusia dan membuat banyak oarng
terakagum-kagum. Perkembangan dan pemanfaatan sains membuktikan bahwa
alam semesta tidaklah tercipta secara kebetulan, karena bila didalamnya
terdapat peraturan yang sangat teliti dan hukum yang sangat rapi untuk
mengendalikan dan menjalankan alam semesta adanya peraturan dan hukum
alam yang sanat akurat ini, tentu saja mengharuskan adanya sang pencipta
dan pengatur yang maha berkuasa dan maha bijaksana.
Perkembangan sains yang dicapai para ilmuwan, serta pemanfaatannya yang
sangat mengagumkan berkat perkembangan teknologi yang pesat baik yang
diterapkan apada manusia, hewan maupun benda mati dan sebenarnya adalah
sekelumit rahasia dan hukum alam yang mengendalikan dan mengatur
selutruh benda yang ada yang dileakatkan Allah SWT pada benda secara
sedemikian rupa, sehingga dapat sesuai dengan kondisi-kondisi yang
ditetpakan bagimu.
Kemajuan ilmia tersebut merupakan hasil eksperimen ilmiah dan sains itu
sendiri bersifat universal dalam arti tidak secara khusus didasarkan
pada pandangan hidup tertentu akan tetapi pengguanaan dan pengambilannya
tetap didasarkan pada pandangan hidup tertentu.
Oleh sebab itu walaupun penemuan ilmiah bersifat universal dalam arti tidak secara khusus asalkan pada pandangan hidup tertentu.
Menurut Ghazali ilmu-ilmu agama Islam terdiri dari:
1. Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (ilmu ushul) yakni;
a) Ilmu tentang keesaan illahi
b) Ilmu tentang kenabian, ilmu ini juga berkaitan tentang Ihwal para sahabat serta penerus religius dan spiritualnya.
c) Ilmu tentang akhirat dan eskatologi.
d) Ilmu tentang sumber pengetahuan religius. Sumber pengetahuan ini
ada dua, yakni sumber primer: al-Qur’an adan As-Sunnah dan sumber
sekunder, yakni Ijma dan tradisi para sahabat.
2. Ilmu tentang cabang-cabang (furu) atau prinsip-prinsip cabang, yakni;
a) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada tuhan (ibadah).
b) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat, ilmu-ilmu ini terdiri dari;
· Ilmu tentang transaksi, terutama transaksi bisnis dan keuangan serta hukum qishash
· Ilmu kewajiban tentang kontraktual. Ilmu ini berhubungan terutama dengan hukum keluarga.
c) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiriaa. Ilamu
aini membahas kualitas-kualitas moral sendiri (aalmu akhlak).
D. Tokoh-Tokoh Ilmuwan Islam
Ilmuwan Muslim yang muncul pada abad pertengahan adalah:
· Ilmuwan Muslim abad ke 9
a) Jabir ibn hayya; bapak ilmu kimia, pendiri laboratorium.
b) Al-Kharizmi; ahli matematika pertama di dunia islam.
c) Al-Kindi; filosuf, pelopor dan pengembang ilmu pengetahuan.
d) Abu Kamil Syuja; ahli aljabar tertua.
e) Ibn Maskawih; dokter spesialis diet, filosofis moral.
f) Al-fatghani; astronom yang karyanya banyak diterjemahkan.
g) Tsabit bin Qurrah; ahli geometri, membahas waktu matahari.
h) Al-Batani; astronom yang melakukan observasi gemilang.
i) Zakaria al-razi; dokter penemu cacat dan darah tinggi.
· Ilmuwan muslim abad ke 10
a) Abu Qasim al-Zahrawi; ahli bedah, penciptaan alat bedah.
b) Al-Farabi; filosofis emanasi, komentator karya aristoteles.
c) Al-Mas’udi; ahli sejarah dan pengemabangan.
d) Ibn Amajur; astronom perjalanan ke bulan.
e) Abu Dulaf; sang penyair yagn ahli logam.
f) Ibnu Jujlul; penulis dan ahli biografi dan ahli kedokteran.
g) Al-Hazim; ahli matematika dan memecahkan soal-soal Archimedes.
h) Abu wafa; astronom dan ahli matematika yang mengembangkan trigonometri.
· Ilmuwan muslim abad ke 11
a) Ibnu Haitsam; ahli fisika yang disegani Bcon dan Kepler.
b) Al-Karkahi; penulis paling orisinal dibidang aritmatika.
c) Ibnu Irak; guru al-Biruni, ahli astronom dan matematika.
d) Al-Birruni; eksperimentalis yang berilmu luas.
e) Ibnu Sina; dokter dan filosofis jiwa.
f) Ibnu Yunus; penemu pendelum (600 tahun sebelum galileo).
g) Ibnu Wafid; farmakolog yang menyelidiki obat bius.
h) Ibnu saffar; penulis sejumlah tabel astronomis.
i) Abu Ubaid al-Bakhri; ahli ilmu bumi.
· Ilmuwan muslim abad ke 12
a) Umar Khayyan; ahli aljabar dan syair.
b) Ibnu Bajjah; filosofis dan musik
c) Al-khariki; ahli astronom, matematika dan geografi ide-idenya dikutip oleh Roger Bacon.
d) Al-Khazim; meterolog penemu teori gravitasi dan dokter.
e) Jabir bin Aflan; astronom yang membangun observatorium.
f) Ibnu Ghalib; ahli geografi, penulis sejarah Spanyol.
g) Abu Khair; ilmuan ahli tumbuh-tumbuhan.
h) Ibnu Rusyd; filosof, ahli hukum, perintis kedokteran umum.
i) Ibn Thufail; filusuf, murid Ibnu Rusyd.
· Ilmuwan muslim abad ke 13
a) Al-Bitruji; astronom yang mengenalkan teori garak spiral.
b) Abnu Sa’ati; dokter ahli membuat kunci
c) Abdul Lathif; ahli anatomi, pengembang studi pertualangan.
d) Ibnu al-Baitar; dokter, penemu 300 jenis obat.
e) Al-Kazwini; ahli ilmu falak fan geografi.
f) Abi Mahasin; dokter spesialis mata.
g) Ibnu Nafis; ahli fisiologi (ilmu faal) dan sirkulasi darah yang kemudian diformalkan oleh Michael Servetus.
h) Dan lain-lain.
Kesimpulan
Pengetahuan akal dan intelektual merupakan suatu dorongan intrinstik dan
inheren dalam ajaran islam. Pada masa daulah Abbasiyah (750-1258M) masa
keemasan islam dalam bidang ilmu dan pengetahauan, ibu kota Baghdad
menjadi pusat intelektual muslim, dimana terjadi pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan islam. Sekolah-sekolah dan akademik muncul
disetiap pelosok. Perpustakaan-perpustakaan umum yang besar didirikan
diantaranya yang terbesar yaitu Baitul Hikmah dan terbuka untuk
siapapun sehingga pemikiran filosofis-filosofis besar zaman klasik
dipelajari berdampingan dengan ilmu islam.
Dan kaum intelektual islam identik dengan ulama. Apalgi bila diingat
bahwa ulama dalam pengertian aslinya orang berilmu. Ilmu yang
dikuasainya itu tidak terbatas kepada ilmu agama saja. Dan kemajuan ilmu
pengetahuan islam pada waktu itu sampai ke Eropa, Afrika Utara dan
Andalusia.
Ciri-ciri umum pendidikan dan ilmu-ilmu berkembang pada masa keemasan
islam yaitu, masuknya ilmu akal, timbulnya sekolah-sekolah munculnya
pikiran-pikiran pendidikan unik, dan masuknya ilmu sains.
Dan waktu banyak sekali ilmuwan-ilmuwan islam yang muncul diantaranya;
Imam Malik, Abu Hanafi, Imam as-Syafi’i dan Imam Ibnu Hambal dalam
bidang hukum, teologi, Zunnunal-Misri, Abu Yzaud al-Butami, dan
Al-Hallaj dalam mistimisme atau tasawuf, al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina
dan Ibnu Maskawaih dalam filsafat, Ibnu Hasyim, Ibnu Khawarizmi,
al-Mas’udi dan Rzai dalambidang pengetahuan.